Kebaya Janggan
Saya tertarik membahas kebaya Janggan karena waktu berkunjung ke kediaman KRT Manu J. Widyaseputra beliau menceritakan bahwa kebaya inilah yang selalu dipakai oleh Ibu Ratna Ningsih istri Pengeran Diponegoro yang selalu setia mendampingi beliau berperang melawan Belanda. Yang membuat saya lebih tertarik lagi beliau menceritakan bahwa di balik kebaya Janggan inilah Ibu Ratna Ningsih menyembunyikan patrem (senjata keris putri yang biasa ditaruk di balik kebaya).
Kebaya Janggan merupakan baju dengan model menyerupai surjan laki-laki tetapi kancing bajunya ada di leher ke bawah bagian kiri tubuh yang dilengkapi kancing hingga menutup leher. Warna kain yang digunakan harus hitam. Janggan sendir berasal dari kata “jangga” berarti leher, yang melukiskan ke-Ilahi-an, keindahan dan kesucian kaum perempuan keraton, dan perempuan Jawa pada umumnya. Sementara warna hitam janggan menggambarkan karakter ketegasan, kesederhanaan, dan kedalaman, juga sifat keputrian yang suci dan bertakwa.
Secara pribadi saya lebih menyukai jenis kebaya ini karena lebih cocok dengan karakter saya yang tomboy. Warna hitamnya yang merepresentasikan sikap ketegasan menunjukkan bahwa Putri Indonesia bisa menjadi Putri yang memiliki ketegasan dan jiwa kepemimpinan yang sama dan sejajar dengan kaum pria. Sayangnya jenis kebaya ini belum populer di masyarakat umum, janggan hanya populer di kalangan masyarakat kraton saja. Kebaya ini selalu dipakai di saat semua upacara bagi abdi dalem keraton. Selain itu juga baju tugas sehari hari bagi abdi dalem puteri.