17 Ribu Perempuan Pekalongan Berkebaya Cetak Rekor MURI
Liputan6.com, Pekalongan – Belasan ribu perempuan berkebaya warga Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, berkumpul di alun-alun Kota Kajen pada acara puncak peringatan Hari Kartini ke-138, Sabtu, 22 April 2017.
Sekitar 17.000 perempuan dari 272 desa dan kelurahan di Kabupaten Pekalongan sukses menorehkan prestasi yang membanggakan dengan mencatatkan rekor MURI peserta terbanyak perempuan berkebaya.
Rekor MURI itu mampu mematahkan rekor MURI sebelumnya yang pernah ditorehkan Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah, beberapa waktu lalu dengan 10.000 perempuan berkebaya.
Kegiatan yang diinisiasi oleh Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB) dan Pemkab Pekalongan ini juga menjadi ajang promosi agar masyarakat mencintai kebaya.
“Khususnya para generasi muda jangan sampai nggak pakai kebaya, karena pahlawan nasional kita RA Kartini saja pakai. Dan juga kebaya itu kan warisan leluhur yang harus dijaga,” ucap Koordinator Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB), Rahmi Hidayat di Pekalongan.
Ia menerangkan, alasan kegiatan perempuan berkebaya di gelar di Kabupaten Pekalongan karena ada tokoh inspiratif warga setempat yang sangat peduli terhadap kaum perempuan.
Dialah Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Pekalongan Munafah. Istri dari Bupati Pekalongan Asip Kholbihi ini sudah jauh-jauh hari sebelum sang suami menjadi orang nomor satu di Kota Santri ini getol blusukan ke desa-desa.
Lebih dari lima tahun lalu, Munafah bersedia blusukan hanya untuk mendata potensi lokal baik dari Usaha Mikro Kecil (UMK) yang ada di setiap desa. Tujuannya tak lain menyemangati dan memfasilitasi warga di setiap desa agar usaha yang ditekuninya terus berkembang, khususnya bagi kaum perempuan.
“Beliaulah (ibu Mnafah) yang sangat menginspirasi kami dengan peran apa yang dilakukannya selama ini. Dengan maping berkunjung ke Desa-Desa melihat UKM yang ada dan memfasilitasi kaum perempuan agar terus menjaga semangat berwirausaha agar mandiri,” dia menambahkan.
Sementara itu, Munafah mengaku mengumpulkan belasan ribu perempuan berkebaya sebagai salah satu bentuk pelestarian budaya. Ia berharap kegiatan itu berdampak pada pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan.
Selain mengikuti apel besar, peserta juga bisa menikmati makanan tradisional dan minuman yang disediakan Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Sebelumnya, sajian tersebut dinilai tim Penilai Lomba Sajian Menu Olahan Tradisional untuk mendapatkan 10 sajian terbaik.
“Dan kegiatan peringatan Hari Kartini akan dimeriahkan bazaar yang akan memamerkan dan menjual kerajinan daerah Kabupaten Pekalongan. Stan bazaar digelar di depan Masjid Al-Muhtarom,” ucap Munafah.
Proses Menuju Hari Berkebaya Nasional
KPB berharap kebaya sebagai busana perempuan Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu tetap dipertahankan. Bukan hanya dikenakan di acara-acara formal seperti upacara, pesta atau wisuda, kebaya diharapkan pula dikenakan sehari-hari seperti halnya ibu dan nenek di masa lalu.
“Tujuan besar kami adanya komunitas ini adalah bagaimana nanti ada Hari Berkebaya Nasional yang diperingati setiap tahun. Agar kebaya yang melambangkan Indonesia ini terus terjaga hingga anak cucu kita nanti,” ucap Rahmi Hidayati.
Sebelum tercapai tujuan itu, pihaknya aktif menyosialisasikan kebaya kepada orang-orang terdekat, menggelar diskusi soal jenis dan sejarah kebaya, kain batik, kain tenun dan hal lain yang berhubungan dengan kebaya.
“Sudah beberapa kota di Indonesia mulai digaungkan mari perempuan berkebaya. Karena kebaya itu Indonesia. Alhamdullilah, kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Kementerian PMK,” ucap perempuan berkacamata itu.
Kendati demikian, hingga kini KPB belum menjadi organisasi formal sehingga jumlah keanggotaan belum terdata dengan baik. Dari fanpage Facebook yang dikelolanya sampai hari ini, telah ada sekitar 2000 orang dan terus bertambah.
Antusiasme para perempuan Indonesia pun sangat tinggi untuk menjadi anggota KPB. Apalagi, cara bergabungnya cukup untuk mendaftar di fanpage Facebook KPB atau hadir dalam acara-acara yang digelar.
“Ya memang diakui perjalanan masih panjang agar tercapainya tujuan besar KPB, karena perlu kajian ilmiah mengenai sejarah muncul dan tersebarnya pemakaian kebaya di Indonesia,” dia menjelaskan.
Meski demikian, perempuan Indonesia mengenal dan mencintai kebaya sebagai bagian dari budaya Indonesia. Perempuan Indonesia juga bisa bersama-sama mempromosikan ke seluruh dunia bahwa kebaya identik dengan perempuan Indonesia, seperti halnya kimono untuk perempuan Jepang atau sari untuk perempuan India.
“Berkebaya itu membuat perempuan lebih anggun, sopan, cantik dan tentu saja sesuai dengan syariat Islam karena aurat tertutup,” dia memungkasi.