SMAN 11 Nespaloka Yogya Mendukung Gerakan ‘Kebaya Goes to Unesco’
YOGYA, KRJOGJA.com – SMAN 11 Nespaloka Yogyakarta
“MPLS tersebut menjadi wahana untuk mengenalkan dan mempraktikkan nilai-nilai kebangsaan bagi siswa-siswi baru. Salah satu materi penting yang disampaikan kepada siswa-siswi baru selama mengikuti kegiatan MPLS adalah mengenal dan mencintai Budaya Nusantara,” ujar Drs Suhirno MBA selaku Kepala SMAN 11 Yogya dalam rangka flash mob gugur gunung dengan komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia Yogyakarta, siswa-siswi SMAN 11 Yogya, Dinas Pariwisata dan Polda DIY di halaman belakang SMAN 11 Jalan AM Sangaji 50 Yogya, Jumat (15/07/2022).
Untuk itu lanjut Suhirno, sebagai akhir dari rangkaian kegiatan MPLS 2022, tepat pada hari ke lima (terakhir) hari ini siswa-siswi kelas X diajak untuk menggunakan baju kebaya dan menarikan tari Gugur Gunung sebagai upaya untuk mencintai budaya Indonesia sekaligus mendukung gerakan ‘Kebaya Goes to Unesco’ di halaman belakang SMAN 11 Yogyakarta. Kegitan tersebut diikuti oleh sekitar 500 peserta yang terdiri dari unsur siswa-siswi, para guru dan karyawan SMAN 11 Yogya, anggota Polwan dari Polda DIY dan para anggota Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia Yogyakarta.
“Kami keluarga besar Nespaloka mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Komite Sekolah, Dirbinmas Polda DIY, Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia Yogyakarta, Dinas Pariwisata DIY, Balai Dikmen Kota Yogyakarta dan Disdikpora DIY yang senantiasa mendukung upaya ‘Gerakan Kebaya Goes to Unesco di SMAN 11 Yogyakarta’,” terang Suhirno
Sementara itu Sekretaris Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia Yogyakarta yang hadir dalam kesempatan kegiatan ini menilai acara ini cukup bagus, karena sesuai dengan visi dan misi dengan komunitas kami yaitui melestarikan budaya dengan berkebaya. Sedangkan Agus Budi Santoso SPd yang mewakili Balai Dikmen Kota Disdikpora DIY memberi apresiasi dengan acara ini.
“Meski begitu saya berharap kepada para siswa-siswi yang mengikuti MPLS, kegiatan ini jangan hanya dijadikan sebagai simbol saja, tapi dapat diaplikasikan dalam pembelajaran sehari-hari. Misalnya para siswa-siswi kalau bertemu guru atau orang yang lebih tua, para siswa-siswi mengucapkan sugeng enjing, sugeng siang, nderek langkung dan sebagainya,” ujar Agus Budi. (Rar)
Sumber: krjogja.com