Tien Soeharto
Kebaya, Sanggul dan Batik
Oleh: Nury SybliNama Tien Soeharto terpancang jelas dalam sejarah busana nasional Indonesia. Di setiap acara Tien Soeharto selalu mengenakan kebaya klasik dan batik, lengkap dengan sanggul yang diberi aksen melati dan tusuk konde. Kebaya yang digunakannya tidak menggunakan payet maupun bordir, ia memilih kebaya sederhana berbahan sifon, satin, bludru, juga brokat dengan motif dan aksen bunga.
Tien Soeharto, demikian sapaannya lahir di Surakarta, 23 Agustus 1923. Nama lengkapnya RA Fatimah Siti Hartinah, anak kedua dari 10 bersaudara pasangan KPH Soemoharjomo dan Raden Ayu Hatmanti Hatmohoedojo, salah satu kerabat keraton Surakarta, dan istri Presiden Soeharto.
Tien selalu menunjukkan kepiawaiannya dalam berbusana. Dengan gayanya yang luwes dan cepat beradaptasi, membuatnya menonjol dan selalu tampak anggun.
Kebaya yang setia menemani hari-harinya adalah kebaya berjenis kutubaru. Tien memakai kebaya saat menjamu tamu istana, kunjungan kenegaraan, sosialisasi ke masyarakat, dan banyak kegiatan lain yang dihadiri Tien dengan balutan kain batik.
Sebenarnya gaya berbusana Tien termasuk sangat umum dan biasa dipakai oleh semua wanita Indonesia dari berbagai kelas sosial di masanya. Padanannya kebaya tanpa corak, selendang, sandal 2-3 cm, jarik yang dipakaikan wiron, kacamata, lontorso, sanggul, dan tusuk konde.
Konsistensi Tien dalam berkebaya di banyak kesempatan semasa hidupnya bisa dikatakan satu-satunya ibu negara yang setia pada pakaian tradisi Jawa (kebaya, batik dan sanggul). Memang upaya Tien menjaga kebaya patut diacungi jempol.