Berselang Mertua
Baju Muslim Perempuan Jambi
Oleh: Nury SybliBaju kurung Jambi ini tidak memakai resleting atau kancing di bagian belakang, hanya belah buluh atau terbuka di bagian dada. Pada pola dada terbuka ini tak hanya berfungsi untuk masuk kepala saja tetapi memiliki makna agar si pemakainya terbuka menerima tamu dan ramah pada sesama.
Sementara bagian lengan memiliki potongan lurus dari mulai ketiak hingga ujung lengan. Pesannya adalah agar perempuan mampu menjaga kehormatan keluarga dengan tidak berprilaku berlebihan, dan menjangkau sebatas kemampuan. Sementara bagian pinggang memiliki pola terpotong. Hal ini dimaksudkan agar perempuan mampu mengelola keuangan rumah tangga sebaik baiknya, karena kunci rumah tangga dikendalikan perempuan.
Panjang baju kurung ini 5cm dibawah lutut, ini menjadi tanda bahwa perempuan yang sudah menikah tidak memiliki kebebasan total karena terikat tali pernikahan. Berbeda dengan perempuan yang belum menikah, langkahnya masih panjang dan bebas sehingga panjang baju berada diatas lutut.
Lalu apa makna berselang mertua?
Masyarakat melayu Jambi memiliki tradisi setiap pengantin wanita yang telah melangsungkan pesta pernikahan, esok harinya pergi mengunjungi kediaman orang tua suami (mertua) dengan membawa rantang makanan yang diolah sendiri, bahkan rantangnya pun terbuat dari anyaman si pengantin. Terlebih pakaian yang dikenakan mulai dari songket, baju kurung hingga kuluk adalah hasil tenun dan jahitan si pengantin.
Semua kemampuan ini menjadi sarat wanita menikah dahulu. Jadi kalau anak gadis sudah mampu menjahit baju kurung, menenun songket sarung dan selendang atau “Mastuli atan Tenunan Anak Misan” (dalam istilah Jambi), dan bisa menganyam rantang, maka ia berhak untuk menikah dengan pria idamannya.
Biasanya, baju kurung berselang mertua dilengkapi dengan kalung naga yang menjadi simbol kekuatan cinta seorang wanita.
Sedang batik yang dipakai model ini, bermotif tampuk manggis dalam bingkai kacangan mirip dengan batik nitik yang tampak melingkar. Motif ini terinspirasi dari buah manggis yang banyak di Jambi. Filosofinya, jangan menilai orang dari luarnya saja.
Bicara batik, ada yang berbeda antara motif-motif batik Jambi dengan batik Jawa. Batik Jambi memilih motif dari buah-buah yang berada di tanah Jambi seperti motif tampuk manggis, motif bungo durian, motif durian pecah dan motif bungo melati. Selain buah dan bunga, batik Jambi juga memiliki motif angso duo yang dipercaya sebagai simbol sejarah berdirinya kerajaan Muaro Jambi, motif kapal sanggat dan motif kaco piring yang melambangkan kebersihan hati dan agar manusia senantiasa kuat dan tegar menjalani kehidupan.
Pengaruh Islam
Berdasarkan temuan ahli sejarah, kehadiran Islam di tanah Jambi dimulai sejak abad 9-10 tetapi penyebarannya hanya pada perorangan. Baru sekitar abad 16an Jambi menjadi kekuasaan Islam dengan beralihnya kerajaan hindu ke kerajaan Islam Melayu.
Salah satu bukti peninggalan kerajaan islam adalah istana Abdurrahman Thaha Saifuddin Istana Abdurrahman Thaha Saifuddin terletak di Tanah Garo, Kecamatan Muara Tabir, Kabupaten Tebo, Jambi. Bangunan ini merupakan bekas istana kerajaan peninggalan Sultan Thaha Saifuddin, penguasa terakhir Kesultanan Jambi, yang meninggal pada 1904 dalam pertempuran melawan Belanda.
Berdasarkan informasi museum Jambi, baju kurung berselang mertua ini diperkirakan berkembang di abad 19an sesuai sariat Islam yang mengajak perempuan berjilbab (berpakaian). Dan pakaian yang disyiarkan pun pakaian yang indah, terbukti memiliki bagian leher ke dada terbuka sebagai simbol keramahan pada tamu.
Jadi berpakaianlah yang pantas. Sebab orang tua dulu telah menggambar pakaian sesuai kaidah dan syariat Islam tetapi sarat tradisi.